Panglima TNI Jenderal Moeldoko tiba-tiba saja membanting jam. Ini dilakukan oleh jenderal bintang empat itu buat menepis isu jam tangan miliknya yg di taksir seharga Rupiah 1 miliar.
Berbicara soal harga jam tangan pejabat-pejabat selangit sebenarnya bukan narasi baru. Entah demi gengsi atau utk gagah-gagahan, para pejabat di negara ini rela menggelontorkan rp.
Jajaran merk jam seperti Richard Mille, Roger Dubuis & Rolex, kelihatannya telah akrab di kalangan petinggi. Harganya mulai sejak dari puluhan, beberapa ratus bahkansampai miliaran rp.
Pasti itu hak mereka tampil mentereng bersama dibalut jam tangan kelas wahid. Namun apakah tak ironis seandainya menonton ada banyak rakyat berada di garis kemiskinan.
Berikut narasi jam tangan pejabat-pejabat :
1.Panglima TNI Jenderal Moeldoko
Publik tanah air dihebohkan bersama pemberitaan arloji mewah milik Panglima TNI Jenderal Moeldoko . Dalam artikel web kabar Singapura mothership.sg dinamakan salah satu arloji mewah itu bermerek Richard Mille dgn harga ditaksir mencapai Rupiah 1,1 miliar.
Moeldoko membantah harga jamnya mencapai miliaran rp. Beliau mengaku membeli murah kira kira Rupiah 5 juta. Buat tentukan ucapannya, mantan Kasad itu sertamembanting jam tangannya.
Usai dibanting, ajudan Moeldoko buru-buru membawa & memberikannya terhadap atasannya. Sesaat sebelum kembali ke tangan Moeldoko , banyaknya jurnalis pernahmemegang jam tersebut & terasa lebih berat.
"Ini perhatikan saja," kata Moeldoko .
Tetapi tapi sayang Moeldoko tidak ingin mengakses dimana dirinya membeli jam tangan palsu yg tahan banting itu. "Beli di mana-mana, ini tidak sedikit, oke?" ujar ia.
2.Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI Meter. Sanusi
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengemukakan Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD DKI Jakarta Mohammad Sanusi pun mempunyai arloji Richard Mille. Ahok menyatakan harga jam tangannya miliaran rp.
"Iya benar-benar dirinya (Sanusi) gunakan itu (Richard Mille)," tutur Ahok usai menghadiri rapat paripurna di Gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu (23/4).
Menurut Ahok, barang barang yg diperlukan Sanusi yaitu banyak-barang original & tak ada yg palsu. Lebih-lebih, jam tangan Richard Mille yg dipunyai Sanusi.
"Pasti original lah yg beliau gunakan, mana ingin ia gunakan palsu, dirinya kan tajir banget," kata Ahok.
Ahok mengaku tak mengetahui jenis jam Richard Mille milik Sanusi tersebut. Tapi, Ahok percaya harga jam tangan Richard Mille milik Sanusi bernilai diatas Rupiah 1 miliar.
"Jatah Rupiah 1,2 miliar hingga Rupiah 4 miliar. Hebat dong Gerindra," pungkas ia.
3.Wakil Gubernur DKI Basuki T Purnama
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengaku tak mempunyai tidak sedikit jam tangan. Karena hingga diwaktu ini beliau cuma memakai satu jam tangan & harganya serta tidak mencapai miliaran rp.
Ahok mengaku cuma mempunyai satu jam tangan saja bersama harga kira kira Rupiah 20 juta. Ia mengemukakan bahwa jam itu dibelinya di Mall Kelapa Gading, Jakarta Utara.
"Punya aku tak hingga beberapa ratus juta. Bukan tak mampu beli, namun tak tega. Apabila Rupiah 20 jutaan tetap oke lah. Belinya di Mall Kelapa Gading," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (23/4).
Berbicara soal harga jam tangan pejabat-pejabat selangit sebenarnya bukan narasi baru. Entah demi gengsi atau utk gagah-gagahan, para pejabat di negara ini rela menggelontorkan rp.
Jajaran merk jam seperti Richard Mille, Roger Dubuis & Rolex, kelihatannya telah akrab di kalangan petinggi. Harganya mulai sejak dari puluhan, beberapa ratus bahkansampai miliaran rp.
Pasti itu hak mereka tampil mentereng bersama dibalut jam tangan kelas wahid. Namun apakah tak ironis seandainya menonton ada banyak rakyat berada di garis kemiskinan.
Berikut narasi jam tangan pejabat-pejabat :
1.Panglima TNI Jenderal Moeldoko
Publik tanah air dihebohkan bersama pemberitaan arloji mewah milik Panglima TNI Jenderal Moeldoko . Dalam artikel web kabar Singapura mothership.sg dinamakan salah satu arloji mewah itu bermerek Richard Mille dgn harga ditaksir mencapai Rupiah 1,1 miliar.
Moeldoko membantah harga jamnya mencapai miliaran rp. Beliau mengaku membeli murah kira kira Rupiah 5 juta. Buat tentukan ucapannya, mantan Kasad itu sertamembanting jam tangannya.
Usai dibanting, ajudan Moeldoko buru-buru membawa & memberikannya terhadap atasannya. Sesaat sebelum kembali ke tangan Moeldoko , banyaknya jurnalis pernahmemegang jam tersebut & terasa lebih berat.
"Ini perhatikan saja," kata Moeldoko .
Tetapi tapi sayang Moeldoko tidak ingin mengakses dimana dirinya membeli jam tangan palsu yg tahan banting itu. "Beli di mana-mana, ini tidak sedikit, oke?" ujar ia.
2.Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI Meter. Sanusi
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengemukakan Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD DKI Jakarta Mohammad Sanusi pun mempunyai arloji Richard Mille. Ahok menyatakan harga jam tangannya miliaran rp.
"Iya benar-benar dirinya (Sanusi) gunakan itu (Richard Mille)," tutur Ahok usai menghadiri rapat paripurna di Gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu (23/4).
Menurut Ahok, barang barang yg diperlukan Sanusi yaitu banyak-barang original & tak ada yg palsu. Lebih-lebih, jam tangan Richard Mille yg dipunyai Sanusi.
"Pasti original lah yg beliau gunakan, mana ingin ia gunakan palsu, dirinya kan tajir banget," kata Ahok.
Ahok mengaku tak mengetahui jenis jam Richard Mille milik Sanusi tersebut. Tapi, Ahok percaya harga jam tangan Richard Mille milik Sanusi bernilai diatas Rupiah 1 miliar.
"Jatah Rupiah 1,2 miliar hingga Rupiah 4 miliar. Hebat dong Gerindra," pungkas ia.
3.Wakil Gubernur DKI Basuki T Purnama
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengaku tak mempunyai tidak sedikit jam tangan. Karena hingga diwaktu ini beliau cuma memakai satu jam tangan & harganya serta tidak mencapai miliaran rp.
Ahok mengaku cuma mempunyai satu jam tangan saja bersama harga kira kira Rupiah 20 juta. Ia mengemukakan bahwa jam itu dibelinya di Mall Kelapa Gading, Jakarta Utara.
"Punya aku tak hingga beberapa ratus juta. Bukan tak mampu beli, namun tak tega. Apabila Rupiah 20 jutaan tetap oke lah. Belinya di Mall Kelapa Gading," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (23/4).